- Masjid Agung Pondok Tinggi
Mesjid Agung Pondok Tinggi terletak kira-kira 500 m dari jantung Kota Sungai Penuh. Mesjid ini bertama kali dibangun tahun 1874 oleh penduduk Pondok Tinggi dengan cara gotong royong. Pada masa itu bangunannya berdinding bambu dan beratap ijuk. Pada tahun 1890 oleh masyarakat setempat dilakukan renovasi dengan mengganti dindingnya dengan kayu berukir. Keunikan mesjid adalah dibangun tanpa menggunakan paku besi tetapi dengan cara memadukan antara kayu yang satu dengan yang lainnya dan memakai pasak yang dari kayu hingga dapat berdiri dengan megah. Ornamen yang digunakan di dalam maupun di luar bangunan merupakan kombinasi antara seni ukir Persia, Roma, mesir dan Indonesia. Mesjid ini dapat menampung lebih kurang 2000 jemaah. - Tabuh Larangan
Mesjid Agung Pondok Tinggi mempunyai dua beduk besar. Yang besar disebut “Tabuh Larangan”. Beduk ini dibunyikan, apabila ada kejadian seperti kebakaran, banjir, dan lain-lain. Beduk besar ini berukuran : panjang 7,5 m, garis tengah bagian yang dipukul 1,15 m, dan bagian belakang 1, 10 m. Beduk yang kecil berada di luar mesjid dengan ukuran : panjang 4, 25 m, garis tengah yang dipukul (bagian depan 75 cm dan bagian belakang 69 cm). Beduk ini dibuat dari kayu yang sangat besar, ditarik beramai-ramai dari rimba, dan dilubangi berghotong-royong.
- Mesjid Raya Rawang
Rawang pada mulanya merupakan tempat berkumpulnya Alim Ulama yang ada di sekitar daerah tersebut, untuk mempelajari dan merumuskan masalah agama (Agama Islam). Tempat yang digunakan untuk menuntut ilmu agama khususnya, yaitu Mesjid Rawang atas kesepakatan Unsur Empat Jenis. Tepat pada tanggal 22 Februari 1938, Mesjid Kuno Rawang pada akhirnya diganti dengan mesjid yang kuat dan megah, yang dikerjakan oleh arsitek dari luar daerah bernama Angku Lunak. Mesjid ini memiliki konstruksi dengan gaya paduan Eropa dan Persia, bagian dalam dengan 8 tiang utama sebagai lambang depati IV delapan Helai kain Alam Kerinci.
- Batu Sorban yang ada di Kecamatan Pesisir Bukit
Batu Sorban berbentuk persegi dengan panjang 5 meter berbentuk sangat menarik dan unik. Batu megalitik ini terletak di Desa Sungai Liuk dengan jarak 4 Km dari pusat Kota Sungai Penuh. Pada abad ke-4 suku Kerinci masih menganut kepercayaan (animisme). Pada saat-saat tertentu masyarakat mengadakan ritual atau pertapaan. Konon, ditempat inilah mereka melaksanakan ritual seperti meletakkan syarat-syarat atau sesaji untuk menghormati arwah leluhur. - Batu Gong
Batu Gong Nenek Betung terletak di Desa Koto Beringin Kecamatan Kumun Debai dengan jarak 4 Km dari pusat Kota Sungai Penuh. Batu Gong ini adalah peninggalan sejarah di zaman Budha, diperkirakan pada abad ke-3 atau ke-4 Masehi. Pada dinding batu ini terdapat motif yang bergambar / berbentuk gong, gambar binatang, jari tangan dan gambar manusia, hal ini memberi makna bahwa di tempat ini telah ada manusia dalam kegiatan ritual dari pemeluk kepercayaan, animisme. Benda ini sangat baik untuk diteliti lebih lanjut. Batu Gong ini mirip dengan batu yang dijumpai di daerah hilir Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci dengan rupa dan bentuk maupun letak posisidi tanah serta ukuran panjang yang diperkirakan sama. - Kuburan Nenek Siak Lengih
Makam Nenek Siak Lengih terletak di Desa Pelayang Raya dengan jarak ± 600 meter dari pusat kota. Objek ini memiliki luas ± 300 meter. Tambo Kerinci kuno menguraikan sekelumit sejarah Nenek Siak Lengih. Beliau bisa dikatakan sesosok wali, yang mempunyai (gelar) yang cukup banyak yaitu : Syekh Samilullah, Makhmudin Sati, Tuanku Siak Belindung, Malin sabiyatullah, beliau maupun keturunannya banyak menyebarkan agama islam ke seluruh Pulau Sumatera. Akan tetapi tempat ini sekarang dianggap keramat oleh sebagian orang. Tidak sedikit orang yang datang ke tempat ini untuk berbagai maksud dengan membawa sesajian, seperti ; ada segelintir orang yang berharap mendapat ilham dan rezeki dari arwah para leluhur (nenek). - Rumah Larik
Rumah Larik (Laheik) / rumah panjang yang merupakan tempat tinggal orang Kerinci pada zaman dahulu. Salah satunya yang masih ada sampai sekarang yaitu Rumah larik Iun Rio Jayo, yang terletak di Kecamatan Sungai Penuh, berjarak ± 600 meter dari pusat kota. Dinding depan dan tiang rumah berukiran berelief flora berbentuk Selampit Simpai Pilin Berganda. Ukiran tersebut menggambarkan ke arah abstrak, tidak ada awal maupun ujungnya, bermakna mengarah pada sifat Tuhan Yang Maha Esa, artinya Tuhan itu tidak ada awal maupun akhirnya yaitu Esa (satu). Makna berikutnya Selampit Simpai menggambarkan bahwa suatu ikatan persaudaraan yang sangat erat di antara keluarga, karib kerabat, kalbu, pintu, dan tumbi yang tak pernah putus. Rumah larik yang posisinya memanjang lurus menghadap ke timur dan barat sepanjang 100 meter atau lebih dan tiap-tiap sambungan tiang tidak memakai palu hanya pasak yang terbuat dari bambu betung yang sangat tua. Menurut pendapat orang-orang tua dahulu, posisi bangunan memanjang antara timur dan barat agar terhindar dari bencana gempa dengan getaran bergelombang pada posisi peremukaan tanah antara timur dan barat sehingga tidak menimbulkan korban jiwa maupun robohnya bangunan. Ornamen Rumah Larik ini sangat baik untuk diteliti.