Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Latest Posts

0Share

gunung tujuh
oleh : padly kurniawan

Bertenda di tepi Danau Gunung Tujuh.
Tak lengkap rasanya kalau mendaki ke Gunung Kerinci jika tidak sekalian berkunjung ke Danau Gunung Tujuh. Jaraknya pun tidak jauh lagi, hanya setengah jam dari Desa Kersik Tuo (pos pendakian Gunung Kerinci) ke Desa Palompek, Kayu Aro, Kab. Kerinci. Dan tak perlu takut rugi, danau vulkanik ini bakal menawarkan keindahan alam yang tidak mudah untuk di lupakan. Kesan inilah yang saya dapat bersama tiga kawan saat usai mendaki Gunung Kerinci dan memutuskan untuk bertandang ke Danau GunungTujuh beberapa waktu yang lalu.
1340611000475921551Kami mulai berkemas-kemas untuk mendaki ke Danau Gunung Tujuh kala hari sudah begitu sore. Di pos pintu masuk, Desa Palompek, kami menjumpai petugas untuk membayar retribusi Rp 5.000/orang. Dan tidak lupa juga kami menitipkan dua sepeda motor di sebuah rumah tidak jauh dari pos.
Untuk mendapatkan informasi terkini mengenai jalur dan keadaan danau kami berbincang sesaat dengan petugas yang ramah itu. Berhubung hari yang mulai menggelap kami ingin memastikan apakah jalur yang ada tampak jelas untuk dilalui atau tidak. Dan sang petugas meyakinkan kami bahwa jalur sudah jelas dan cukup aman di lalui di malam hari. “Hanya saja, di sebuah persimpangan di awal pendakian perlu di perhatikan agar tidak salah arah” kata sang petugas mengingatkan . Agar tidak terlalu malam untuk sampai di tempat tujuan, kami pun segera berpamit. Perjalanan ini di perkirakan memakan waktu 2 - 3 jam lamanya.
Jalur yang Menanjak
Seperti yang dikatakan petugas tentang simpang yang dapat membuat salah arah, kami disini sempat berputar. Namun tak lama kami menjumpai jalan yang cukup jelas dan kemudian menanjak masuk ke arah hutan. Setelah menemukan tanda panah yang menunjuk arah danau, kami pun jadi lega.
Tidak jauh berbeda dengan di Gunung Kerinci, keadaan jalur disini juga cukup menanjak. Pepohonan besar dan rapat merindang hampir di sepanjang jalur. Namun begitu, kita tidak bakal menjumpai keadaan medan berpasir dan berbatu vulkanik seperti di puncak Kerinci. Karena Danau yang tingginya 1.950 meter dari permukaan laut (mdpl) ini tidak memiliki kawah yang masih aktif.

Didalam perjalanan ini, kadang kala kami berjalan diantara akar pepohonan yang menjulur. Sesekali terjungkal karena jalur yang agak licin. Kalau sudah seperti ini, kami malah saling mentertawakan diri untuk sekedar hiburan.
Rehat sejenak di jalur.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 20.10 Wib. Walau udara terasa dingin tapi karena jalur yang agak berat ini, keringat pun tetap bercucuran. Saya, Ibid dan dejo malah kegerahan hingga membuka jaket dan memasukannya dalam carrier (tas ransel besar). Kami lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari makan biskuit.
Berjumpa Kodok Gunung
Sekitar setengah jam beristirahat, perjalanan pun di lanjutkan lagi. Dengan bermodalkan beberapa senter kecil dan sebuah headlamp kami pelan-pelan berjalan. Belum lagi lama, tiba-tiba seekor kodok besar kurang lebih seukuran telapak tangan orang dewasa melompat di tengah jalur. Ada rasa terkejut karena tidak biasa melihat kodok sebesar itu. Mencoba menghampiri pelan-pelan, saya berusaha memotretnya ternyata tidak mudah. Kodak itu dengan lincah langsung melompat di antara rimbunan semak. Tadinya saya berpikir mungkin tidak akan saya jumpai kodok jenis itu lagi. Tapi belum jauh melangkah, saya dan lainnya kembali menjumpai kodok dengan jenis dan ukuran yang sama. Tidak hanya satu tapi ada beberapa yang berbarengan melompat ke arah kami.
1340611197400728703
Kodok gunung yang terdokumentasi di jalur.
Tanpa sadar, perjalan kami sudah sampai puncak punggungan. Pepohonan pun sudah terlihat berdiri tegak diantara tanah yang datar. Kembali kami rehat sejenak untuk sekedar menarik napas. Saya mencoba memandang sekeliling yang temaram di siram sinar bulan. Dari depan saya melihat sapuan warna putih disela-sela daun dan batang pohon. Dugaan saya, itulah Danau Gunung Tujuh. Maka tak ragu lagi ketika jalur mulai turun dan berbelok ke arah kiri. Dengan penuh semangat kami pun langsung bergerak. Tidak lama kemudian sudah tersaji pemandangan Danau Gunung Tujuh yang meremang di kelilingi bayangan beberapa gunung.
Rupanya beberapa kelompok pendaki sudah bertenda di tepi danau. Bahkan di antaranya, sempat berjumpa di pendakian Gunung Kerinci. Sejenak beramah tamah dengan para kelompok ini, kami kemudian segera membangun tenda. Saya menghitung paling tidak ada lima tenda berdiri di areal ini. Walau tidak luas namun cukup nyaman untuk memandang luasnya danau. Sebetulnya saya ingin sekali menikmati malam ini untuk sekedar duduk di tepi danau dan bercerita. Namun karena badan terasa letih dan cuaca juga agak mendung, saya pun memutuskan untuk segera beristirahat. Dan begitu pula dengan ketiga kawan-kawan.
1340611425917201018
Pemandangan Danau Gunung Tujuh yang tersaji saat membuka tenda.
Pagi di Danau Gunung Tujuh
Sekitar pukul 06.00 Wib, saya mendengar Dejo memanggil-manggil. Mata yang masih berat ini mencoba untuk di buka. Saat kepala terjulur keluar dari pintu tenda sekejap saja otak menjadi segar. Danau dengan lebar 3,5 kilometer dan panjang 4,5 kilometer ini terhampar di depan mata, begitu jelas dan begitu indah.
Perlahan saya keluar tenda melihat langit pagi yang tersapu warna merah. Beberapa awan putih dan kelabu menggantung di sana. Hari memang sedang tidak cerah. Namun begitu, tidak mengurangi keindahan danau ini. Bahkan saya serasa terhipnotis di depan tenda. Angin danau yang dingin menyegarkan itu seperti panggilan surga yang menenangkan. Hingga saya berharap untuk bisa lebih lama menikmati moment pagi yang indah ini.
Sesaat tersadar, tangan lalu meraih kamera yang saya letakkan di salah satu sudut tenda. Kemudian berjalan mendekati tepi danau sembari mengabadikan moment-moment alam yang indah ini. Setelah beberapa kali jepretan, saya kemudian menunduk sembari menyendok air danau dengan tangan dan merasakan betapa segarnya air Danau Gunung Tujuh ini.
13406116551751309836
Segarnya air di Danau Gunung Tujuh .
13406117341672333218
Memancing menjadi salah satu aktifitas yang mengasikkan di pinggir Danau Gunung Tujuh.
Saya kemudian kembali ke tenda. Ibid dan Sardi ternyata sudah selesai memasak. Kami lalu sarapan bersama sembari menikmati pagi yang mulai cerah di pinggir danau. Dejo yang sudah berniat untuk berenang langsung saja bersiap-siap usai sarapan. Sementara saya mencoba mengeksplorasi pinggiran danau sembari melakukan pendokumentasian.
Dari beberapa literatur, saya jadi tahu bahwa Danau Gunung Tujuh ini terbentuk akibat aktifitas vulkanik di masa lampau. Sedangkan tujuh gunung yang mengelilinginya itu terdiri dari, Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), dan Gunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl).
Tanpa terasa hampir dua jam menikmati keindahan alam Danau Gunung Tujuh ini. Dari tempat kami bertenda sebuah air terjun mengalir jatuh. Saya tidak bisa melihat dasarnya yang dalam dan bersemak. Sementara itu untuk jalan keliling danau saya belum melihat akses yang mudah untuk dilalui kecuali dengan sebuah sampan kayu milik warga yang bermukim di pinggir danau.
Disini, saya melihat masih banyak pohon-pohon besar berdiri di pinggir danau. Burung-burung pun banyak di jumpai. Bahkan suara-suara primata begitu jelas terdengar saling bersahutan. Harapan saya semoga hutannya tetap lestari. Karena danau dan hutan yang ada ini bukan saja indah tapi juga sangat berarti bagi kehidupan di sekitarnya, terutama manusia itu sendiri.

Leave a Reply