Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Latest Posts

Ilustrasi
Kalangan seniman dan budayawan dari Dewan Kesenian Jambi menilai, semenjak bergulirnya era reformasi keberadaan kebudayaan dan kesenian warisan Proto-Melayu di Kerinci terlihat kian tergerus dan dikuatirkan punah.
“Entah kenapa dalam pengamatan kita, dalam satu dasawarsa belakangan ini produk-produk masa lampau Proto-Melayu di Kerinci yang dulunya lestari, pascareformasi justeru kian tergerus dan perlahan menghilang keberadaannya di tengah masyarakat,” kata seniman Ary Mhs Ce’gu yang sekaligus Sekjen Dewan Kesenian Jambi (DKJ) di Jambi, Minggu.

Menurut dia, tidak saja pengaruh keterbukaan teknologi media informasi yang menyebabkan gampang masuknya budaya Barat dari luar yang menyebabkan makin tergerusnya budaya Proto-Melayu di Kerinci tersebut, melainkan juga kian berubahnya pola pikir masyarakat setempat dalam memahami ideologi dan paham-paham.
“Paham keagamaan kita lihat sangat besar pengaruhnya saat ini, padahal sedari zaman dulu, masyarakat Kerinci yang 100 persen penganut Islam, itu berhasil tetap mempertahankan budaya-budaya Proto-Melayu mereka khususnya kesenian, tapi kenapa sekarang justeru hal itu tidak lagi terjadi,” kata Ary.
Dia melihat, sikap pemerintah daerah setempat saat ini dengan kebijakan-kebijakannya juga sudah bergeser tidak lagi berpihak pada pentingnya penyelamatan produk-produk budaya Melayu.
“Sepertinya, pemda pun kini telah terhasut oleh paham-paham fanatisme agama secara sempit sehingga mereka bersikap antipati terhadap kebudayaan-kebudayaan peninggalan Proto-Melayu yang umumnya memang berbau magis dan ritual purba itu,” itu tambahnya

Leave a Reply